Kenapa Six Sigma

Proses yang dijalankan atau produk yang dihasilkan diharapkan sama satu dengan lainnya. Tetapi faktanya yang terjadi adalah ada perbedaan atau variasi. 

Perbadaan tersebut tidak boleh jauh. Bila hal seperti ini terjadi, apalagi melebihi batas toleransi maka proses atau produk akan menjadi sampah.

Semakin banyak sampah semakin merugi perusahaan, karena banyak yang terbuang.

Karyawan mestinya memiliki kompetensi untuk mencegah terjadinya variasi. Salah satu kompetensi yang baik bagi karyawan adalah menguasai Metode Six Sigma.

Metode Six Sigma dapat mengurangi variasi sampai yang diinginkan dan mencegah defect. Tingkat yang bisa dicapai adalah 99,99966% atau 3,4 DPMO (Defect Per Million Opportunity), tingkat kapabilitas 6 Sigma.

Kompetensi Six Sigma dapat diperoleh melalui belajar mandiri maupun mengikuti pelatihan.

Trainer biasanya akan mengajarkan materi pelatihan Six Sigma Green Belt selama 5 hari.


Proses produksi yang berkemampuan rendah akan mengakibatkan terjadinya variasi. 

Dari sekumpulan data yang dikumpulkan dari suatu proses dapat kita amati seberapa besar variasi yang terjadi melalui sebuah kurva distribusi normal.

Semakin besar variasi maka semakin melebar kurva. 

Gambar diatas menunjukkan betapa melebarnya suatu kurva. Gambar berwarna merah pada kurva menunjukkan data diluar batas spesifikasi, sementara berwarna hijau adalah data yang berada di dalam batas spesifikasi.

Tujuan pengendalian proses produksi tidak hanya memperkecil variasi (variance reducing) saja tetapi juga diupayakan agar data proses selalu terpusat ke target (centering).

Kemampuan proses ditunjukkan dengan indeks Nilai Sigma, semakin tinggi Nilai Sigma berarti semakin baik.

Penentu Nilai Sigma yaitu:
1. Sebaran (spread).
2. Keterpusatan (centering).
3. Cacat (defect).

Kemampuan Proses yang rendah menimbulkan dampak bertambahnya pekerjaan inspeksi terhadap hasil dari proses tersebut. Pertambahan kerja ini menambah keterlambatan pengiriman barang ke proses berikutnya bahkan sampai ke pelanggan. Dan tentunya terjadi pula pertambahan penumpukan barang baik di jalur proses maupun di area inspeksi sehingga aliran proses tidak lancar. Untuk itu semua tentunya diperlukan tenaga kerja tambahan untuk mengerjakannya. Imbasnya adalah biaya produksi makin meningkat.


Kegagalan karena kualitas kemampuan proses yang rendah ini serta merta meningkatkan biaya, ini yang disebut dengan istilah COPQ (Cost Of Poor Quality).
Ketidaklancaran proses ini disebut proses yang Tidak Lean, diilustrasikan pada gambar. 


Ada beberapa metoda untuk memperbaiki kualitas kemampuan proses, yaitu :
1. Dengan mengandalkan logika dan intuisi saja maka Nilai Sigma yang dicapai maksimum 3 Sigma.
2. Dengan menerapkan PDCA-7Tool maka bisa mencapai kisaran 3 sampai 4 Sigma.
3. Dengan menerapkan metoda Lean Six Sigma maka Nilai Sigma akan berada antara 4 sampai 6 Sigma.***